Pengaruh Ibadah Haji dalam Kehidupan
Pengaruh Ibadah Haji – Berangkat Ibadah haji memang salah satu cita-cita dan keinginan utama dari setiap kaum Muslim, apapun posisi, jabatanm pekerjaan, status sosial, kesukuan , kebangsaan , dan warna kulit adalah bisa melaksanakan ibadah haji. Andaikan tidak ada kuota dan pembatasan berdasarkan ketetapan organisasi kerja sama islam (OKI), satu persen dari jumlah penduduk setiap negara, dan juga pemerintah arab saudi, maka dari negara kita saja, dipastikan yang mau berangkat setiap tahun lebih dari 250 juta orang, Subhanallah, suatu angka yang sangat besar sekali.
Tentu kita berharap, jamaah calhaj yang mau berangkat sudah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, persiapan mental, materi, terlebih lagi persiapan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan (manasik haji). satu-satunya ibadah yang eksplisit (manthuq dan tersurat) ada perintah memepersiapkan bekal adalah ibadah haji.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 197, Allah SWT berfirman “Bawalah bekal karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal.” ketika melaksanakan ibadah haji diharapkan setiap jamaah disamping pelaksanaannya sejalan dengan ketetuan syariat, memenuhi syarat, ruku, etika, dan adab, juga dapat meresapi dan menghayati bebagai hikmah dan manfaat yang terdapat dalam berbagai segmen pelaksanaannya.
Hal ini sejalan dengan perintah Allah SWT dalam surah al-Haj [22] ayat 28, “Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan …”Pelajaran penting dari ibadah haji tersebut, antara lain, pertama, menguatkan akidah dan keyakinan kepada Allah SWT.
Bahwa, hanya Dialah yang patut disembah dan dimintai pertolongan secara mutlak absolut. Kalimat talbiyah, abbaika Allahumma labbaik adalah cerminan dari akidah yang kuat. Jika hal ini dihayati akan melahirkan fondasi kehidupan seorang Muslim yang kokoh yang termanifestasikan dalam cara berpikir dan bertindak dalam segala aspek kehidupannya sesuai dengan ketentuan-Nya.
Kedua, pakaian ihram yang hanya dua helai kain serbaputih yang menggambarkan bahwa siapa pun manusia itu kelak akan kembali kepada Allah dengan hanya dibungkus dua helai kain kafan. Anak, jabatan, dan kedudukan serta harta benda tidak akan pernah dibawa kecuali semuanya itu dijadikan sarana untuk melakukan kegiatan amal saleh. Seorang Muslim yang sudah berhaji yang sudah tahu tujuan hidupnya, pasti tidak akan tergoda dan terjerumus oleh hal-hal yang bersifat duniawi, yang sifatnya se mentara. Ia akan menjadi orang yang amanah pada setiap tugas yang diembannya dan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT.
Ketiga, agar kaum Muslimin khususnya jamaah haji semakin mencintai kegiatan di masjid, terutama shalat berjamaah dan muamalah dengan masyarakat sekitar. Berjamaah dalam ibadah dan muamalah akan melahirkan kasih sayang kepada sesama Muslim dan memiliki sifat tegas pada setiap bentuk kekufuran dan kemaksiatan (perhatikan QS al-Fath [48]: 28). Masjid akan menjadi tempat kembali kaum Muslimin, apa pun profesi dan keahliannya.
Keempat, agar terbangun suasana ukhuwwah Islamiyyah antara sesama orang yang beriman meskipun berbeda warna kulit, suku bangsa, dan bahasa. Semuanya larut dan menyatu dalam ketauhidan dan keimanan kepada Allah SWT (QS al-Hujurat [49]: 13). Ukhuwwah Islamiyyah yang solid akan menyebabkan kaum Muslimin tidak mudah di adu domba dan diintervensi oleh berbagai kalangan yang tidak senang dengan kemajuan dan kesejahteraan kaum Muslimin, seperti yang terjadi sekarang ini.
Berbagai isu dilontarkan di tengah kehidupan agar kaum Muslimin selalu capek dan lelah menyelesaikan pekerjaan rumah yang berasal dari orang lain.
Tugas pokok dan utama kaum Muslimin membangun kesejah teraan umat dan bangsa sering terlupakan dan terabaikan. Dan, tidak jarang pula pertentangan yang dahsyat sering terjadi antara sesama kaum Muslimin, bahkan sampai saling membunuh satu dengan yang lainnya.Kita berlindung kepada Allah dari kondisi semacam ini.
Baca Juga : Kisah Nabi Ismail dan Ibunya
Baca Juga : Makna Kain Ihram Haji dan Umrah.
Kelima, tawaf dan sa’i itu menggambarkan bahwa dalam mencapai cita-cita yang tinggi dan luhur, orang yang beriman harus terus menerus bergerak, aktif berbuat, tidak boleh berhenti, tidak boleh putus asa, dan tidak boleh malas (QS alMukminun [23]: 4). Putus asa dan frustrasi ketika menghadapi tantangan dalam menyebarkan kebaikan Islam adalah bukan watak dan karakter orang yang beriman.
Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surah Yusuf [12] ayat 87, “… dan janganlah kalian berputus asa dalam mendapatkan rahmat Allah. Sesung guhnya, tidak ada yang berputus asa dalam menggapai rahmat Allah kecuali orang-orang kufur (tidak beriman).”
Keenam, wukuf di Padang Arafah yang merupakan inti utama dari ibadah haji sebagaimana sabda Rasul, “Al Hajju `Arafatu”, haji itu wukuf di Arafah, adalah kegiatan yang meng gambarkan semakin makrifatnya kaum Muslimin kepada Allah SWT dan semakin memiliki ke sadaran yang tinggi untuk mempelajari dan menghayati ayatayat Allah SWT, baik yang bersifat tanziliyah(Alquran) maupun kauniyah(alam semesta).
Setelah wukuf kaum Muslimin akan semakin cerdas pikirannya dan semakin bersih hati dan jalan hidupnya. Wukuf di Arafah hakikatnya adalah purifikasi (pemurnian) jati diri kaum Muslimin pada berbagai aspek kehidupannya.
Ketujuh, melempar Jamarat di Mina hakikatnya adalah cerminan adanya godaan dan tantangan yang terus menerus yang dilakukan oleh setan (jin dan manusia) yang harus dilawan oleh kaum Muslimin dengan sepenuh hati dan sepenuh keyakinan. Sehingga, tidak ada ruang bagi setan untuk menggoda dan menghancurkan umat manusia. Setan dan segala perilaku buruk adalah musuh utama kaum Muslimin. Meskipun dalam kehidupan nyata betapa banyak umat manusia yang hanyut dalam godaan setan.
Inilah beberapa hikmah yang seharusnya menjadi perhatian jamaah haji, baik sebelum be rangkat maupun ketika melaksanakan ibadah haji. Peranan pembimbing haji, baik dari pemerintah maupun kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH)
sangat penting bagi upaya peningkatan kesadaran jamaah haji dalam menangkap esensi ibadah haji.
Mudah-mudahan semua jamaah haji dimudahkan segala urusannya oleh Allah SWT, diberikan kesehatan jasmani ruhani, dan mendapatkan haji yang mabrur dan mabrurah.
Amin. Wallahu a’lam bish shawab.
Komentar
Posting Komentar